Katakanlah (wahai Rasul), "Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian." Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31).
Mencintai Allah adalah fardhu ain atas setiap hamba, dan seorang hamba tidaklah beriman hingga Allah dan RasulNya lebih dia cintai daripada selain keduanya. Bahkan Allah mencela orang-orang yang menyamakan antara kecintaannya kepada selain Allah dengan kecintaannya kepadaNya. (Al-Baqarah: 165).
Bahkan dalam Surat at-Taubah Allah mengancam dengan tegas orang yang lebih mencintai selain Allah dan RasulNya,
Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, dan sanak keluarga kalian, serta harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At-Taubah: 24).
Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyatakan,
"Tali buhul Iman yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya. Lihat juga Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, hadits no. 3030)
Cinta kepada Allah itu tidak cukup hanya sekedar kata-kata yang diungkapkan dan syi'ar yang didengungkan. Tetapi mencintai Allah itu harus ditekadkan dengan hati, diungkapkan dengan lisan, dan dibuktikan oleh anggota badan dan perilaku hidup. Maka mencintai Allah adalah taat kepadaNya, mengikuti, tunduk, patuh, dan berserah diri kepada ajaran agamaNya, yang semua ini tersimpulkan dengan ungkapan: Mengikuti Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Karena sosok Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah bentuk riil dari semua syariat yang Allah titahkan kepada kita, hamba-hambaNya. Pada diri beliaulah tergambar bentuk nyata dari pelaksanaan Syariat yang utuh. Karena itu, mengikuti Nabi shallallahu alaihi wasallam itulah bentuk riil cinta seorang Muslim pada Allah subhanahu wa ta’ala.
Nah, dalam buku kita ini, mencintai Allah dalam bentuk mengikuti Nabi shallallahu alaihi wasallam dibahas secara bagus dan apik serta menyeluruh, sehingga benar-benar menggambarkan hakikat mencintai Allah dan bagaimana seharusnya kita mencintai Allah Ta'ala dan mengikuti Nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi wasallam.